BATAM - RIAU (HK)-Istri Osnan tidak mempercayai pernyataan kepolisian Diraja Malaysia yang menyatakan lima tenaga kerja Indonesia yang ditembak, Jumat (7/9) lalu adalah perampok.
"Saya tidak percaya suami saya perampok," kata Susanti, istri Osnan, salah seorang dari empat TKI yang tewas ditembak polisi di Malaysia di Bengkong Pertiwi, Batam, kemarin.
Menurut dia, suaminya adalah orang yang baik dan tidak mungkin melakukan kejahatan.
Ia mengatakan suaminya bekerja di kebun sawit Malaysia dari tahun 2003. Suaminya pulang ke Batam tiap dua hingga tiga minggu sekali. Setiap ke Batam, suaminya menyerahkan penghasilannya sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta.
"Uang itu juga disisihkan untuk biaya keberangkatan kembali ke Malaysia. Jadi dengan penghasilan yang kecil, tidak mungkin suaminya merampok. Kami ini orang miskin, lihat saja kondisi kami. Saya saja harus bekerja untuk menambah penghasilan. Anak saya sudah menunggak uang sekolah selama dua bulan," kata dia yang mencari uang dengan menjaga toko di Batam.
Meski begitu, Shanti mengatakan menyerahkan kasus itu kepada aparat berwajib.
"Karena saya di sini, suami di sana, saya tidak tahu apa saja yang dia kerjakan di sana," kata dia.
Sementara itu, Pemerintah Kota Batam memastikan kebenaran warga Batam yang kabarnya tewas ditembak polisi Malaysia.
"Kami akan pastikan dulu, saya akan panggil camat dan lainnya," kata Wakil Wali Kota Batam, Rudi. Ia mengatakan, pihaknya akan langsung menghubungi Walikota untuk dapat membuat kebijakan sesegera mungkin.
Yang pasti, kata dia, Pemko Batam hanya bisa memberikan bantuan dalam bidang sosial, karena masalah hukum merupakan wewenang aparat kepolisian. Pemko kata dia, tidak bisa berbuat banyak karena kasus itu melibatkan pemerintahan dua negara.
Sementara itu Humas Polda Kepri, AKBP Hartono mengatakan Polda Kepri tidak ikut campur mengenai kejadian tersebut karena langsung ditangani oleh Kementerian.
"Polda tidak ada urusan mengenai penembakan tersebut, itu sudah langsung dengan pihak Kementerian ((Kemennakertrnas) dan bukan kewenangan kami mengusut peristiwa tersebut," kata Hartono.
Seperti diketahui, Polisi Malaysia menembak mati lima Warga Negara Indonesia (WNI), Jumat (7/9) sekitar pukul 02.00 dini hari waktu Malaysia. Kelima orang itu, empat di antaranya warga Batam, Kepulauan Riau dan satu orang lainnya warga Madura, Jawa Timur. Mereka dituduh melakukan perampokan di Ipoh, Pulau Pinang, Malaysia.
Kelima WNI itu adalah Jony alias M Sin (35), Osnan (37), Hamid, Diden, semuanya warga Bengkong Pertiwi, Batam dan Mahno berasal dari Madura yang sudah lama menetap di Ipoh, Negara Bagian Perak, Malaysia. Saat ini jazad kelima korban di Rumah Sakit Raja Permaisuri Bainon Ipo, Perak, Pulau Pinang, Malaysia.
Devi, istri Donymengetahui bahwa suami mereka bekerja pada sebuah perkebunan di Pulau Pinang, Malaysia. Memang diakuinya selama bekerja di Malaysia itu, suaminya tidak pernah menggunakan visa pekerja melainkan visa pelancong.
" Memang menggunakan visa pelancong tapi masuk Malaysia secara resmi,"kata Devi.
Ia menyebutkan suaminya, Jony memiliki paspor bernomor V356929. Sementara Osnan memiliki paspor bernomor S770396 dan dinyatakan masih berlaku.
Sementara itu Kedutaan Besar RI di Malaysia akhirnya mengeluarkan informasi terkait kronologis penembakan terhadap empat orang WNI tersebut. Sementara versi keluarga korban adalah lima orang yang ditembak.
KBRI di Malaysia mengatakan, Kepolisian Diraja Malaysia pada Jumat pukul 03.00, waktu setempat mencurigai adanya sebuah mobil Proton Wira yang berkeliling di kawasan perumahan Taman Meru. Polisi setempat pun langsung menghampiri mobil tersebut. Namun, pengendara mobil tersebut malah berusaha melarikan diri ketika Kepolisian Diraja Malaysia mendekat.
"Kemudian, terjadi kejar-mengejar dengan pihak polisi. Kendaraan akhirnya berhenti setelah terlebih dahulu menabrak tebing dan 4 orang didalam mobil keluar dari kendaraan dengan menembak ke arah polisi Diraja Malaysia," kata siaran pers yang diterima, Kamis (13/9).
Pada saat pengejaran, klaim Kepolisian Diraja Malaysia, telah terjadi tembak menembak antara Polisi dan 4 orang yang berada di dalam mobil Proton Wira. Buntut dari aksi tembak-menembak tersebut, keempat orang tersebut tewas.
Dari tempat kejadian perkara, Kepolisian Diraja Malaysia menemukan barang bukti berupa 2 buah senjata api dan 3 bilah parang, barang-barang seperti 3 buah laptop, 3 kamera digital, lima ponsel, 2 jam tangan dan plat nomor kendaraan palsu serta sejumlah uang baik dalam bentuk Yen, Rupiah maupun Ringgit Malaysia.
"Tidak ada satu dokumen dan identitas apapun dari korban dimaksud ditemukan di tempat kejadian perkara," kata siaran pers tersebut.
Selanjutnya, keempat jenazah langsung dibawa ke Rumah Sakit Raja Permaisuri Bainun, Ipoh, untuk keperluan otopsi.
Dari pengambilan sampel dan cap sidik jari korban dan pencocokan dengan catatan kriminal pihak Kepolisian Malaysia, diketahui bahwa 2 orang dari 4 korban diketahui berkewarganegaraan Indonesia.
Selanjutnya, pada Jumat itu juga, Interpol Malaysia telah menyampaikan informasi kepada KBRI Malaysia mengenai kematian 4 yang diduga kemungkinan berkewarga negaraan Indonesia.
"Selanjutnya KBRI Kuala Lumpur langsung melakukan komunikasi ke Kementerian Luar Negeri Malaysia untuk memperoleh informasi dan penjelasan atas kejadian dimaksud," kata siaran pers itu.
Pada hari itu juga, Kementerian Luar Negeri RI menghubungi Kedubes Malaysia di Jakarta untuk memperoleh klarifikasi serupa atas kejadian tersebut.
Pada Sabtu (8/9/2012), KBRI Kuala Lumpur mengirim staf ke Perak untuk melakukan pengecekan dan melakukan pertemuan dengan pihak Kepolisian Diraja Malaysia untuk memperoleh informasi lebih lanjut. KBRI juga telah mengunjungi rumah sakit untuk mendapatkan hasil otopsi dan melihat secara langsung jenazah korban dimaksud.
Untuk mendapatkan gambaran langsung terkait kejadian perkara, pada hari itu, KBRI mengunjungi tempat kejadian perkara dan mencari informasi dari pihak yang dapat diminta keterangan dari tempat kejadian perkara.
Selanjutnya, pada Senin (10/9/2012), satu jenazah juga telah diidentifikasi langsung oleh istri korban di rumah sakit dan dikonfirmasi adalah WNI asal Probolinggo, Jawa Timur. Saat ini korban yang telah teridentifikasi tersebut dalam proses pemulangan ke Indonesia yang akan dilakukan dalam waktu dekat oleh KBRI Kuala Lumpur.
Terkait tiga jenazah lainnya, Kemlu RI dan KBRI Kuala Lumpur akan terus berupaya untuk mengidentifikasi identitas korban dan menemukan keluarga korban jika jenazah teridentifikasi WNI. KBRI juga akan memfasilitasi pemulangan jenazah korban dimaksud.
Berdasarkan catatan Haluan Kepri, penembakan lima WNI itu merupakan yang ketiga dalam tujuh bulan terakhir. Maret 2012, Abdul Kadir Jaelani (25), Herman (34), dan Mad Noor (28) dari Nusa Tenggara Barat ditembak polisi Malaysia di Port Dickson, Negeri Sembilan.
Juni 2012, tiga WNI asal Jawa Timur ditembak mati di Kuala Lumpur. Terakhir, polisi Malaysia menembak mati Jony dan empat orang lain pada September 2012.
Polisi Malaysia mengklaim para korban ditembak karena dipergoki akan merampok. Kecuali terhadap tiga korban tewas pada Juni 2012, tuduhan itu tidak dibuktikan. Untuk tiga korban pada Juni 2012, polisi Malaysia mengajukan alasan mereka menembaki polisi sebelum tewas. (cw42/ant/kom)
Situs Berita Aktual Padang , Riau dan Kepri
Situs Berita Aktual Padang , Riau dan Kepri
0 Comments:
Posting Komentar